Fahrurraji Asmuni

Senin, 15 Oktober 2012

TEKNIK MENULIS ABSTRAK Oleh B.P. Sitepu Abstract Abstract is required in publishing an academic or scientific writings. It is very important to motivate the readers to read the writing. How ever many novice writers still find difficulties in writing effective abstract. This article attempts to provide some information on writing abstract. Reviewing a number of references, the article focuses the discussion on informative abstract. Some suggestions are provided to assist the writers, particularly those who are not familiar yet with writing abstract. Key words: abstract, summary, descriptive abstract, informative abstract PENDAHULUAN Karya tulis ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi, makalah seminar, atau naskah ilmiah untuk dimuat di jurnal mengharuskan penulisan abstrak. Dalam makalah atau naskah ilmiah abstrak biasanya ditempatkan sesudah judul naskah dengan maksud untuk memberikan gambaran secara ringkas tentang isi naskah. Oleh karena itu, abstrak sering juga disebut ringkasan singkat (short summary). Informasi di dalam abstrak diharapkan dapat memotivasi pembaca untuk membaca isi naskah secara utuh. Dengan perkatan lain abstrak diharapakn dapat menggoda dan meyakinkan pembaca bahwa isi naskah itu menarik dan penting dibaca. Isi abstrak memberikan informasi yang menjadi bahan pertimbanngan bagi pembaca untuk melanjutkan atau tidak membaca keseluruhan isi naskah. Setiap biasanya mempersyaratkan peulisan abstrak untuk setiap naskah yang diterbitkan. Penulis naskah pada umumnya telah melengkap naskah mereka dengan abstrak yang dimaksud walaupun belum semua dalam bahasa Inggris. Dari abtrak-abstrak yang disusun penulisnya itu, terlihat beberapa masalah sehingga perlu penataan kembali atau bahkan kadang-kadang harus disusun dan ditulis. Masalah yang dimaksud adalah, pertama terlalu panjang. Abstrak disusun dalam beberapa paragaraf sehingga berupa ringkasan isi naskah. Kedua, terlalu rinci dengan memuat hal-hal yang tidak diperlukan dalam abstrak misalnya, penjelasan tentang metodologi penelitian, rumus-rumus yang dipakai dalam pengolahan data, serta hasil, kesimpulan, dan saran yang lengkap. Ketiga, terlalu singkat sehingga tidak memberikan informasi yang mendorong pembaca untuk membaca naskah itu lebih lanjut. Misalnya, tidak menyebutkan masalah dan hasil penelitian sama sekali. Keempat, tidak memuat hal-hal yang pokok dalam isi naskah sungguhpun telah memberikan uraian yang cukup panjang, sehingga tidak memberikan daya tarik untuk membacanya lebih lanjut. Kelima, bahasa Ingggris yang dipergunakan tidak informatif, karena kesalahan-kesalahan dalam pemilihan kata dan tata bahasa. Penulis naskah ilmiah, khususnya yang belum memiliki banyak pengalaman menulis, kerap kali menghadapi kesulitan menulis abstrak naskahnya. Pada hal abstrak itu merupakan persyaratan kelengkapan naskah untuk dapat dimuat dalam jurnal ilmiah. Tidak jarang abstrak ditulis tidak sebagaimana seharusnya sehingga abstrak itu tidak berfungsi sebagaimana diharapkan. Sering pula ditafsirkan abstrak adalah sama dengan ringkasan/rangkuman (summary). Pada hal terdapat perbedaan yang sangat nyata antara abstark dan ringkasan, dilihat dari tujuan, isi, dan bentuknya. Tulisan ini bermaksud memberikan penjelasan tentang tata cara penulisan abstrak dan perbedaannya dengan ringkasan. PEMBAHASAN Disebutkannya abstrak sebagai ringkasan singkat (short summary) menunjukkan bahwa abstrak memiliki kesamaan tetapi juga berbeda dengan ringkasan (summary). Kedua-duanya memberikan informasi kepada pembaca tentang isi suatu naskah (buku, skripsi, tesis, disertasi, atau makalah). Dilihat dari panjang atau jumlah katanya, abstrak lebih singkat yang berarti informasi yang diberikan melalui abstrak lebih sedikit dibandingkan dengan ringkasan. Perbedaan ini jelas terlihat dari penyajiannya; abstrak terdiri atas satu paragraf dengan jumlah sekitar 200 kata, sedangkan ringkasan terdiri atas beberapa paragraf yang panjangnya antara 10 – 25% dari naskah aslinya. Ringkasan mendiskripsikan gagasan-gagasan yang ada dalam naskah dengan susunan dan alur berpikir seperti dalam naskah aslinya. Dengan membaca ringkasan, pembaca mungkin merasa sudah mendapatkan informasi yang cukup tentang isi naskah tanpa harus membaca keseluruhan isi naskah, kecuali untuk gagasan/bagian tertentu yang dianggap perlu didalami lebih lanjut. Sedangkan abstrak tidak memberikan isi gagasan yang lengkap serta tidak mengikuti sistematika dalam naskah aslinya tetapi secara singkat memberikan pokok-pokok gagasan yang dibicarakan dalam naskah aslinya. Dilihat dari isinya, abstrak dapat dikategorikan ke dalama dua jenis: (a) abstrak bersifat deskripti dan (b) abstrak bersifat informatif. Abstrak deskriptif menggambarkan hanya tujuan dan ruang lingkup isi tulisan tetapi tidak menyebutkan hasil dan kesimpulan isi tulisan. Sedangan abstrak yang bersifat informatif memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah, masalah, pendekatan/metode, hasil, dan kesimpulan isi tulisan. Oleh karena unsur-unsurnya lebih banyak, maka abstrak informative lebih panjang dari abstrak deskriptif. Tulisan-tulisan dalam jurnal ilmiah biasanya menggunakan abstrak informatif. Walaupun abstrak informatif terdiri atas satu paragraph dengan jumlah sekitar 200 kata, informasi dalam abstrak diharapkan mencakup (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) pendekatan atau metode, (d) hasil, dan (e) kesimpulan pembahan. Masing-masing unsur-unsur itu disebutkan secara ringkas tetapi mudah dipahami. Pertama, latar belakang masalah menyebutkan situasi/kondisi yang menimbukan masalah dan perlu untuk dikaji secara ilmiah. Latar belakang ini hendaknya sungguh-sungguh aktual dan menarik bagi pembaca yang dinyatakan dalam dua atau tiga kalimat. Keberhasilan dalam menggambarkan latar belakang masalah itu dengan menarik, mendorong pembaca meneruskan membaca abstrak sampai selesai dan keseluruhan isi n askah. Sebaliknya, kegagalan menarik perhatian pembaca melalui latar belakang masalah ini, dapat membuat pembaca tidak melanjutkan membacanya. Kedua, rumusan masalah menyatakan hal pokok yang dibahas atau pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan berikutnya. Masalah hendaknya dirumuskan dengan singkat tanpa rincian, walaupun dalam isi tulisan masih dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan. Sudah barang tentu rumusan masalah terkait langsung dengan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya. Biasanya masalah tersebut dirumuskan hanya dalam satu kalimat pemdek. Ketiga, pendekatan atau metodologi yang dipergunakan dalam mengkaji masalah itu disebutkan yang utama saja , misalnya menyebutkan populasi tetapi tidak menyebutkan teknik sampling dan jumlah sampel. Dalam menuliskan tentang metodologi dihindari rumus-rumus statistik dalam pengolahan dan analisis data, jadi sangat bersifat deskriptf dan singkat. Keempat, hasil berisi inti jawaban atau temuan yang diperoleh dari pembahasan yang dilakukan. Hasil hendaknya disebutkan secara nyata tetapi tidak rinci dan kalau perlu dapat mencantumkan data kuantitatif. Hendaknya tetap dijaga agar informasi singkat tentang hasil itu menimbulkan keinginan pembaca mengetahui lebih rinci dan lengkap sehingga menggugahnya membaca isi naskah secara lengkap. Apabila rumusan hasil dituliskan secara lengkap dapat mengurangi motivasi pembaca membaca isi naskah secara lengkap karena merasa telah mengetahui hasilnya dengan m,embaca abstrak. Kelima, kalau hasil kajian menggambarkan temuan atau sintesis dari pembahasan, maka kesimpulan menujukan arti dan implikasi hasil kajian. Kesimpulan, termasuk saran yag diajukan atas dasar hasil /temuan kajian.. Sudah barang tentu kesimpulan menjawab pertanyaan atau masalah yang dikemukakan sebelumnya. Mengingat ketentuan dalam menulis abstrak, khususnya berkaitan dengan panjangnya abstrak, kesimpulan dirumuskan secara padat tetapi menggambarkan inti kajian. Uraian tentang latar belakang, maslah, pendekatan/metode, hasil, dan kesimpulan disusun secara ringkas, terintegrasi, koheren, dan informatif dalam satu paragraf yang utuh dan berdiri sendiri. Abstrak tidak memuat informasi yang yang tidak terdapat dalam tulisan yang utuh dan ditulis setelah tulisan selesai dsusun. Oleh karena itu sebelum menulis abstrak sebaiknya naskah lengkapnya dibaca beberapa kali sehingga abstrak yang ditulis dapat memberikan informasi yang utuh. Uraian abstrak biasanya diikuti dengan pencantuman kata-kata kunci yang berjumlah paling sedikit tiga kata/frase. Kata-kata kunci itu mencerminkan konsep-konsep utama yang dibahas dalam tulisan itu. Tidak harus setiap kata kunci tertera pada uraian abstrak tetapi harus terlihat pada isi tulisan. Kata-kata kunci yang dimaksud adalah konsep bukan semua istilah yang dipakai dalam tulisan itu. Jurnal tertentu mepersyaratkan menuliskan abstrak setiap tulisan dalam bahasa Inggris. Untuk memenuhi itu penulis hendaknya menyusun abstrak tersebut dengan menyusunnya dalam bahasa Inggris, bukan dengan menerjemahkan versi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris kata demi kata. Juga hendaknya dihindari menerjemahkannya dengan menggunakan Trans Tool, program komputer, karena hasilnya sengat buruk dilihat dari pilihan kata dan kaidah-kaidah bahasa Inggris.Berikut ini diberikan contoh abstrak dalam bahasa Indonesia. Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Mengontrol Sikap Siswa (Eksperimen pada Siswa Kelas I SMU Negeri DKI Jakarta) oleh Baso Intang Sappaile Abstrak: Mengingat pentingnya matematika, maka sangat diharapkan siswa sekolah menengah untuk menguasai pelajaran matematika SMU. Karena di samping matematika sebagai sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh siswa, juga untuk mengembngkan kemampuan berpikir logiknya. Matematika juga diperlukan untuk menunjanng keberhasilan belajar siswa dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk itu diperlukan metode mengajar berlandaskan permasalahan yang merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membeantu siswa memproses informasi yang telah dimilikinya, dan siswa membangun sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya. Untuk mengukur proses hasil belajar mengajar diperlukan tes pilihan ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode mengajar mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa yang tyergatung pada ragam tes, setelah mengurangi pengaruh linear sikap siswa terhadap matematika. Kata kunci: Metode mengajar, Ragam Tes, Hasil belajar matematika siswa dan Sikap siswa terhadap matematika (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Desember 2006. Edisi Khusus; hlm 1) Contoh abstrak dalam bahasa Inggris. Penerapan Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Tutor Keaksaraan Fungsional oleh Putu Ashinya Widhiartha & Dwi Sudarmanto Abstract Lesson study is an approach in improving the teacher”s competence through collaboration and continuous analysis of the instruction based on collegial and and mutual learning principle. This approach includes teacher’s participation to be active in small discussion groups. This research conducted to develop lesson study approach to improve the competence of functional literacy tutors. Viewed from the methodology employed, the research which was conducted in Sukolilo Sub-District was classified as an action research. To meet the objectives, the research was undertaken in four cyclesas from November 2007 through February 2008. The results showed there is a significant improvement of the functional literacy tutor’s competence. Based on the experience in conducting this action research, some recommendations were given in the application of lesson study model. Key words: lesson study, lesson study model, tutor,s competence. ((Jurnal Ilmiah VISI Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Non Formal (PTK-PNF), Vol. 4, No.1 – 2009)) KESIMPULAN Abstrak yang diperlukan melengkapi naskah untuk dimuat dalam jurnal ilmiah, mempunyai persyaratan seperti panjang (jumlah kata), isi, dan susunannya. Panjang abstrak berkisar 200 kata yang disusun dalam satu paragraf yang terintegrasi. Berbeda dengan ringkasan, abstrak memuat secara singkat tentang latar belakang, metode, hasil, dan kesimpulan kajian yang disusun secara padat dan koheren.Oleh karena panjang abstrak terbatas maka hasil dan kesimpulan kajian ditulis secara padat dan singkat tetapi menarik untuk diketahui. Di samping itu uraian abstrak memuat kata-kata kunci isi yang menjadi bahsan dan naskah. Walaupun telah tersebut dalam uraian abstrak, untuk mempertegas dan menarik perhatian pembaca, kata-kata kuci itu disusun secara terpisah pada akhir abtrak. Abstrak berfungsi untuk memberikan gambaran ringkas tentang isi naskah dan disusun sedemikian rupa untuk menggugah pembaca untuk membaca isi naskah secara keseluruhan. Agar abstrak dapat memenuhi fungsinya, penulis hendaknya meperhatikan ketentuan-ketentuan menyusun dan menulis abstrak termasuk dalam pemilihan kata yang efisien dan tepat, penyusunan kalimat yang syarat makna, penataan kalima-kalimat menjadi sebuah paragraf yang koheren. Yang juga sangat pentng ialah penggunaan bahasa yang baku serta komunikatif. Abstrak ditulis sesudah naskah selesai ditulis secara lengkap dan perlu diperiksa kembali untuk melihat apakah abstrak itu telah dapat menggambarkan isi pokok naskah secara singkat tetapi lengkap. DAFTAR PUSTAKA Leki, I. (1998). Academic writing. Cambridge: Cambridge University Hairston, M. & Ruszkiewics, J. J. (1991). The scott, foresman handbook for writers. 2nd edition. New York: Harper Collins Publishers. The American Psychological Association. (1997). Publication manual of the American Psychological Association. 9th printing. Washington. DC.: American Psychological Association Turabian, K.L. (1996). A manual for writers of term papers, theses, and dissertation. Sixth edition rvised by John Grossman an Alice Bennett. Chicago: The University of Chicago Press. Berbagai Sumber

Minggu, 12 Agustus 2012

ASAL PUTRI JUNJUNG BUIH Konon menurut cerita, di lembah Batu Piring hiduplah seorang petani janda yang bernama Ning Bangkiling. Bermula ia hanya hidup sendiri tanpa anak, namun beberapa saat kemudian ia mendapat seorang anak angkat perempuan yang diberi nama Galuh Cipta Sari. Bagi orang lain tinggal di tempat yang sepi mungkin merupakan siksaan. Tetapi bagi Ning Bangkiling tidak. Bahkan merupakan suatu hal yang menyenangkan. Sebab baginya di tempat yang sepi mebuat ia lebih syahdu dan tenang untuk beribadat. Keadaan alam yang indah dan udara yang segar membuat jiwanya nyaman dan tenteram. Pada suatu malam Ning Bangkiling bermimpi melihat galuh cipta sari duduk di singgasana dengan berpakaian kebesaran kerajaan. Di depannya nampak seorang lelaki yang tampan dan penuh wibawa merunduk dan menghormat. Oleh Ning Bangkiling mimpi itu diberitahukan kepada anak angkatnya. Baik ia maupun putrinya merenung. Mereka sama-sama mencoba mentakbirkan apa gerangan maksud mimpi tersebut. Setelah merenung sang anak berdiri menghampiri ibunya. “Apa yang sedang bunda lamunkan?” Tanya Galuh sambil menggendung ember berisi pakaian kotor yang hendak dicuci. “Tidak apa-apa,” ucap sang ibu seraya tersenyum. Lalu meletakkan ember, memeluk dan mencium ibunya. “ kau nampaknya mau pergi ke sungai?” Tanya ibunya. “Betul,” jawab Galuh sambil mangangguk, lalu bejalan ke sungai. Saat galuh mencuci pakaian. Tiba-tiba selembar kain cucian terjatuh ke sungai. Ia mencoba mengambil kain tersebut dengan cara melompat. Namun kakinya tergelincirlantaran terinjak batu besar yang licin berlumut. Galuh terpental ke arus sungai yang deras. Sementara itu, hati Ning Bangkiling gelisah karena anaknya lama tidak kembali dari sungai, padahal bisaanya ia tidak lama mencuci kemudian kembali ke rumah dan menjemur cucian tersebut. Ia khawatir kalau ada sesuatu yang menimpa anaknya di sungai. Sehingga Ning Bangkiling menyusul anaknya ke tepi sungai. Ia tidak menemukan anaknya, tetapi hanya setumpuk pakaian yang belum di cuci. Hati Ning Bangkiling merasa gundah. Dengan air mata yang berlinang Ning bangkiling menadahkan tangan ke langit memohon agar putrinya mendapat keselamatan dan dapat berkumpul kembali seperti semula. *** Tersebutlah cerita, ketika Lambung Mangkurat sedang bersemedi pada sebuah rakit untuk mencari raja yang akan memerintah di kerajaan Negara Dipa. Tiba-tiba terdengar seorang wanita di tengah sungai tepatnya di gumpalan buih. “Wahai Lambung Mangkurat! Apa yang kau cari di tempat ini?” Tanya putrid tersebut. “Aku mau mencari seorang raja yang akan memeritah Negara Dipa,” jawab Lambung Mangkurat setengah kaget. “Akulah raja yang akan memerintah di sini, tetapi penuhilah permintaanku lebih dahulu,” kata putri. “Apa syarat yang tuan putrid inginkan?” Tanya Lambung Mangkurat. “Buatlah mahligai yang tingginya setinggi rumpun bambu,” kata putri. “Permintaan Tuan putrid akan segera kami kabulkan,” sahut Lambung Mangkurat tanpa ragu-ragu. Lambung Mangkurat memanggil beberapa orang abdi Negara yang kuat dan sakti, diantaranya Pembalah Batung untuk mengambil sejumlah haur (bamboo) di suatu tempat yang cukup jauh, yaitu Mungkur Haur. Pekerjaan itu sebenarnya sangat berat dan berbahaya. Namun,tetap ia usahakan sebagai bukti pengabdiannya kepada kerajaan. Rombongan pun berangkat menuju Mungkur Haur yang dipimpin oleh Pembalah Batung. Ketika tiba di tempat dan bersiap-siap untuk mencabut serumpun bambu, tiba-tiba terdengar gemuruh membahana dari balik rumpun bambu, kemudian muncullah seekor raksasa dengan tubuh yang besar dan tinggi, berwajah seram dan berkuku tajam. “Hai, anak manusia hentikan pekerjaanmu. Jangan sekali-kali kamu mengambil sebatang bambu pun di sini tanpa seizinku sebab ini adalah daerah kekuasaanku,” kata sang raksasa dengan suara menggelegar. “ Pergilah dari sini! Jika kalian tidak pergi aku cabik-cabik badan kalian,” ucapnya lagi. “Hai raksasa, aku tidak takut dengan gertakanmu. Apapun yang terjadi tetap kami ambil beberapa batang bambu dari sini,” ucap Pembalah Batung yang sakti dengan suara yang lantang tanpa gentar sedikitpun. Mendengar jawaban seperti itu kemarahan raksasa semakin meningkat. Dan perkelahian pun tidak terhindarkan. Raksasa mengerahkan seluruh tenaganya uanutk mencabik-cabik badan Pembalah Batung. Namun Pembalah Batung yang sakti dapat menghindardan balik menyerang dengan tenaga dalam dan kesaktiannya yang luar bisaa. Setelah berjam-jam perseturuan itu berlangsung, maka raksasa tersebut teryata tidak mampu merobohkan Pembalah Batung, malah sang raksasa jatuh terguling dan menemui ajalnya. Selanjutnya serumpun bambu diambil oleh Pembalah Batung beserta kawan-kawan pulang untuk dipersembahkan kepada Lambung Mangkurat guna membuat mahligai putrid Junjung Buih yang dahulunya bernama Galuh Cipta Sari.

Rabu, 10 Februari 2010

RAGANGAN

Judul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA
PADA KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DAN PEMANFAATANNYA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE MACH
DI KELAS V SD NEGERI HARUSAN , AMUNTAI TENGAH


Topik : Meningkatkan Hasil belajar IPA Kelas V pada konsep sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya

Alasan memilih judul :
1, Karena belum ada yang meneliti tentang penggunaan metode penemuan terbimbing
untuk pembelajaran matematika kelAS iv sd
2. Karena judul tersebut saya pilih sendiri agar mudah mengembangkannya.

Ragangan :

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang.
B. Perumusan Masalah
C. Rencana Pemecahan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
II. KAJIAN TEORI
A. Pengertian-Pengertian
B. Kutipan pendapat para ahli
III. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
1. Kerangka berpikir
a. Kondisi AwaL
b. Tindakan
c. Kondisi Akhir
2. Hipotesis penelitian
IV.PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN/DESAIN
Tahapan PTK
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Observasi dan Evaluasi
d. Analisis dan Refleksi

V. SETTING PENELITIAN
A. Pendekatan dan jenis penelitian
B. Setting Penelitian
C. Metode Yang Digunakan
D. Variabel Penelitian dan Operasionalisasinya.
VI. FAKTOR YANG DITELITI:
a. siswa
b. Guru Peneliti
VII. SKENARIO TINDAKAN
a. Perencanaan.
b. Pelaksanaan Tindakan.
c. Pengamatan.
d. Refleksi

\VIII. CARA PENGGALIAN DATA
a. Data
b. Cara Pengambilan Data
IX TEKNIK ANALISIS DATA
a. Analisis data hasil tes
b. Analisis data angket

X .INDIKATOR KEBERHASILAN
XI PENUTUP
XII DAFTAR PUSTAKA
.

Selasa, 06 Oktober 2009

singkong dan kelapa sawit

SINGKONG DAN KELAPA SAWIT ENERGI ALTERNATIF

Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman (2005)menegaskan, kemajuan teknologi kini mampu mengubah singkong dan kelapa sawit menjadi energi alternatif dalam mengatasi krisis bahan bakar minyak (BBM).

“Singkong dapat diolah menjadi bioetanol dan kelapa sawit menjadi biodiesel yang bisa dimanfaatkan dengan mencampur sepuluh persen dari keempat jenis BBM,” kata Kusmayanto Kadiman kepada wartawan di Sanur, Bali, Rabu (13/7/2005).
Sebelum membuka Pertemuan Forum Kelautan Indonesia (The Indonesia Ocean Forum 2005 and the 13th PAMS/JECSS Workshop), ia mengemukakan, pencampuran 10 persen BBM dengan bioetanol dan biodiesel sangat dimungkinkan, sesuai ketentuan yang ditetapkan internasional.

“Jika 10 persen bahan pencampuran BBM itu dapat diproduksi Indonesia, akan sangat membantu dalam menghemat penggunaan BBM,” ungkapnya.

Indonesia dalam penyusunan APBN 2005 mengalokasikan dana untuk subsidi BBM sebesar Rp 90 triliun, dengan perhitungan harga minyak di pasaran dunia 35 dollar AS per-barel.

Namun, kondisi sekarang harga minyak di pasaran dunia mencapai 60 dollar AS per-barel, sehingga akan sangat mempengaruhi subsidi keuangan negara.

Oleh sebab itu, beberapa alternatif untuk menghemat penggunaan BBM telah ditawarkan, termasuk diantaranya teknologi pengolahan singkong dan kelapa sawit.

Menristek menilai, penerapan teknologi pengolahan hasil perkebunan harus didukung oleh kebijakan pemerintah, agar kalangan swasta dan investor tertarik menerapkan teknologi tersebut.

Penerapan teknologi pengolahan singkong dan kelapa sawit sebagai bahan pencampur BBM tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah, ujarnya, yang mengaku telah membicarakan kemungkinan menerapkan teknologi tersebut dalam rapat kabinet.

Teknologi pengolahan singkong menjadi bioetanol sebenarnya sudah diterapkan di Lampung, namun kapasitasnya masih sangat terbatas. “Produk bioetanol sebagai bahan pencampur BBM telah saya terapkan pada mobil dinas dan 30 bus karyawan, tidak ada masalah,” ujar Menristek.

Jika kedua jenis bahan pencampur BBM itu dapat diproduksi, akan mampu menghemat sedikitnya Rp 9 triliun subsidi BBM dalam setahun, demikian Kusmayanto. (Ant/wsn)
Sumber : KCM


JARAK PAGAR LEBIH EFISIEN DARI KELAPA SAWIT
jarak pagar (Jathropa curcas) menjadi sangat populer ketika menyoal energi alternatif ramah lingkungan. Biji-bijinya mampu menghasilkan minyak campuran untuk solar. Selain dari jarak pagar, pada dasarnya minyak yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dapat dijadikan bahan campuran solar, misalnya kelapa sawit atau kedelai.

Dari percobaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), campuran solar dan minyak nabati (biodiesel) memiliki nilai cetane (oktan pada bensin) lebih tinggi daripada solar murni. Solar yang dicampur dengan minyak nabati menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna daripada solar murni sehingga emisi lebih aman bagi lingkungan.
“Jika solar murni nilai angka cetane-nya sekitar 47, biodiesel antara 60 hingga 62,” kata Sony Solistia Wirawan, Kepala Balai Rekayasa Desain dan Sistem Teknologi BPPT di Pusat Penelitian Ilmu Penegtahuan dan Teknologi Serpong, Selasa (14/2). Dalam satu liter bahan bakar, komposisi minyak nabati yang dapat digunakan baru 30 persen agar tidak mengganggu mesin yang dipakai kendaraan sekarang. Menurutnya, di beberapa negara maju biodiesel bahkan telah digunakan 100 persen dengan modifikasi mesin. Bahan-bahan dari karet diganti dengan sintesis viton yang tahan minyak.
Meskipun percobaan baru dilakukan untuk minyak nabati dari bahan kepala sawit, menurut Soni, hal tersebut dapat dilakukan juga untuk minyak jarak. Minyak mentah hasil perasan biji kering akan diolah dengan proses trans-esterifikasi menggunakan metanol untuk memisahkan air. Reaksi tersebut tergolong sederhana dan hanya diperlukan sekitar 10 persen metanol. Hampir 100 persen minyak dapat dimurnikan, bahkan menghasilkan produk samping gliserol yang juga bernilai ekonomi.
“Satu pabrik ukuran kecil yang ada di Serpong dapat menghasilkan 1,5 ton minyak perhari,” kata Soni. Meskipun demikian, pihaknya sedang mengembangkan mesin pengolah berkekuatan berkapasitas lebih kecil maupun besar untuk kalangan industri. Biaya investasi untuk mesin saja diperkirakan sekitar 800 juta, sedangkan untuk mesin berkekuatan 3 ton perhari mungkin mencapai 2 hingga 3 miliar.
“Secara teknis prosesnya tidak jauh berbeda dengan pengolahan minyak goreng,” katanya. Hanya saja, pasokan bahan baku minyak nabati jumlahnya masih terbatas. Kelapa sawit masih ekonomis diolah menjadi minyak goreng meskipun minyak mentahnya (CPO) yang berkualitas rendah berpotensi untuk diolah menjadi biodiesel.
Jika dibandingkan, jarak pagar mungkin lebih berpotensi daripada kelapa sawit. Jarak pagar yang dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia baru digunakan sebagai pagar hidup. Tumbuhan bergetah ini dapat tumbuh di mana saja, hidup di berbagai kondisi tanah, dan tahan kekeringan, tidak seperti kelapa sawit, yang membutuhkan lahan khusus, ketinggian daerah, dan faktor iklim tertentu. Oleh karena itu, para peneliti BPPT berharap bahwa pengembangan jarak pagar tidak diarahkan untuk merelokasi lahan subur, namun memberdayakan lahan kritis.
“Produktivitasnya juga tidak jauh berbeda, dalam satu hektar lahan dapat dihasilkan sekitar 5 ton minyak pertahun,” kata Nadirman Haska, Kepala Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT. Satu hektar lahan mampu menghasilkan 25 ton tandan kelapa sawit segar yang dapat diolah menjadi 5 ton CPO sejak tahun ketiga hingga usia produktif 20 tahun.
“Dengan luas lahan yang sama, saya perkirakan dapat ditanam 2.500 batang jarak pagar,” kata Nadirman. Sejak usia 5 hingga 8 bulan, buahnya matang sehingga di tahun pertama pun hasilnya dapat dinikmati. Meski demikian, lanjut Nadirman, mungkin baru dihasilkan sekitar 0,5 ton minyak. Seiring tumbuhnya tanaman, produksinya diharapkan terus meningkat lebih dari 10 ton sejak tahun keenam. Usia produktif jarak pagar diperkirakan antara 20 hingga 50 tahun.
Ongkos perawatan untuk tanaman liar ini juga lebih murah. Nadirman memperkirakan hanya perlu 20 hingga 25 persen pendapatan dari hasil produksinya yang dipakai. Sedangkan untuk kelapa sawit, biaya operasionalnya 40 hingga 50 persen dari besar pendapatan produksinya.
Pada dasarnya pembibitan dapat dilakukan secara generatif atau vegetatif. Namun, pembibitan generatif menggunakan biji tidak disarankan karena menurunkan sifat genetik berbeda, sedangkan dengan stek atau kultur jaringan sifat-sifat unggul dapat dipertahankan pada keturunannya.
Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT telah mengembangkan proses pembibitan sederhana yang dapat dilakukan siapa pun dengan sedikit latihan. Bahkan telah disiapkan cairan nutrisi tanaman untuk mencegah mortalitas (kegagalan) bibit dan merangsang pertumbuhannya dari proses penyiapan hingga siap tanam di ruang terbuka.
Selain itu, teknik kultur jaringan yang membutuhkan teknik lebih rumit di laboratorium terus dikembangkan, termasuk menyiapkan pohon induk yang memiliki sifat-sifat genetik baik yaitu menghasilkan biji besar, buah banyak, dan masa tanam cepat. (Wah)
Sumber : KCM

Rabu, 21 Januari 2009

Makalah Mahriani (Guru SD).

Meningkatkan Kualifikasi Pendidikan Guru SD

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah dan Latar Belakang Masalah

Kalau kita amati kegiatan proses belajar-mengajar yang ada di Sekolah Dasar. Dalam kegiatan tersebut diterapkan sistem guru kelas, di mana seseorang guru ditugaskan untuk mengajar di kelas tertentu (Kelas I,II,III, IV,V, dan VI) Dia harus bisa mengajar berbagai mata pelajaran, kecuali mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Kalau dia ditugaskan mengajar di kelas V, setiap hari dia mengajar di kelas V. Tidak seperti di SMP atau SMA, guru diberi tugas sebagai guru vak/ mata pelajaran. Kalau dia mengajar sejarah, di kelas mana ada pelajaran sejarah, di kelas tersebutlah dia mengajar. Jadi, dalam kegiatan belajar-mengajar , guru bias terfokus pada salah satu mata pelajaran yang menjadi keahliannya.

Dapat dibayangkan bahwa guru yang mengajar di Sekolah Dasar (SD) mempunyai beban yang sangat berat dalam kegiaatn belajar-mengajar. Dia harus menguasai berbagai macam mata pelajaran dan mengajarkannya di kelas dan siswa-siswanya merasa jenuh diajar dan dididik oleh satu orang guru.

Ditinjau dari kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan sebenarnya kurang efektif dan efisien karena melihat system guru vak / mata pelajaran yang diterapkan di SMP dan SMA, guru dapat merencanakan,melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar dengan baik. Bayangkan guru kelas yang merencanakan, melaksanakan, dan ,engevaluasi kegiaatn belajar-mengajar dari berbagai macam mata pelajaarn, apakah dia bias dengan baik melakukan pekerjaan itu ?

Melihat kenyataan di atas bahwa system pengajaran dan pendidikan di Sekolah Dasar perlu diubah dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di negara kita. Sebenarnya standar nilai kelulusan di negara kita masih

rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga di lingkungan ASEAN. Standar rata-rata kelulusan di negara kita sekarang adalah 5,0, di Singapura 8, di Malaysia,8 di Thailand 7,5. Jadi, kita jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara tersebut ditinjau dari standar rata-rata nilai kelulusan siswa di SMP dan SMA, dan ini berdampak pada sector-sektor lain, misalnya tingkat kesejahteraan rakyat negara tersebut lebih tinggi dari negara kita.

Pada tahun 2008 nanti Sekolah Dasar diwajibkan untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional yang meliputi mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia , dan Ilmu Pengetahuan Alam (science). Dalam rangka mengahadpi UAN tersebut dari sekarang guru-guru Sekolah Dasar disiapkan menjadi guru vak/ mata pelajaran. Persiapan yang akan dilaksanakan sebenarnya mengandung beberapa permasalahan seperti :

1. Kualifikasi pendidikan mereka masih rendah

2. Mereka bingung menentukan mata pelajaran yang dipegang

3. Memerlukan waktu yang cukup lama

4. Banyak guru yang sudah sarjana ingin mutasi atau pindah ke SMP

BAB II

PERMASALAHAN

Perumusan Masalah

Dari masalah dan latar belakang masalah , maka masalah-masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut :

1. Kualifikasi pendidikan mereka masih rendah

Kebanyakan guru-guru Sekolah Dasar masih berijazah SPG dan KPG, sedikit sekali yang berpendidikan PGSD dan Sarjana. Perubahan guru kelas menjadi guru mata pelajaran dilaksanakan secara bertahap, misalkan dari SD yang ada di kota kabupaten dahulu , karena kualifikasi pendidikannya banyak yang masih rendah memerlukan penyesuaian secara bertahap.

2. Mereka bingung menentukan mata pelajaran yang dipegang

Perubahan guru kelas menjadi guru mata pelajaran pada mulanya akan membuat kebingungan mereka karena biasanya memegang beberapa mata pelajaran, sekarang diharapkan pada satu mata pelajaran. Mereka bingung menentukan mata pelajaran yang akan dipegang ,kecuali yang sudah sarjana, misalkan sarjana matematika.

3. Memerlukan waktu yang cukup lama , karena seharusnya mereka sarjana (S-1) sesuai bidang studinya, tetapi karena belum sarjana mereka harus kuliah dulu ke S-1

4. Banyak guru yang sudah sarjana ingin mutasi atau pindah ke SMP

Bagi yang sudah sarjana kebanyakan ingin pindah ke SMP sebelum perubahan sistem pengajaarn dan pendidikan di Sekolah Dasar (SD)

BAB III

PEMBAHASAN

Pemecahan Masalah

Dari perumusan masalah di atas, maka masalah-masalah tersebut dapat dipecahkan sebagai berikut :

1. Kualifikasi pendidikan guru SD harus ditingkatkan ke S-1

Guru-guru SD masih banayk yang berlatar belakang pendidikan SPG, KPG, dan PGSD (D II)Mereka kalau ingin mengajar / memegang mata pelajaran tertentu, mereka harus spesialis dalam mata pelajaran tersebut. Untuk mencapai spesialisasi mereka harus sarjana pada mata pelajaran tertentu.

Jadi perubahan system pengajaran guru kelas menjadi guru mata pelajaran harus diiringi dengan peningkatan kualifikasi pendidikan dari SPG, KPG, dan D II PGSD ke Strata 1 (S-1 )

2. Mereka harus menjadi sarjana atau lulus S-1 dahulu

Kalau guru tersebut sudah meningkatkan kualifikasinya ke S-1 berarti mereka sudah memilih jurusan apa yang diminatinya, mereka sudah mempunyai latar belakang kesarjanaan pada bidang studi tertentu, misalnya sarjana pendidikan Biologi. Jadi, mereka tidak bingung lagi karena sudah dibekali dengan mata pelajaran khusus yang dipegangnya.

Dengan adanya mata pelajaran tertentu yang diajarkannya di muka kelas akan memudahkan murid dalam menyerap pelajaran, belajar tidak bosan karena setiap pergantian mata pelajaran guru yang mengajar berbeda-beda sesuai dengan jam pelajarannya.

3. Pemerintah membuat proyek peningkatan kualifikasi pendidikan guru SD

Supaya peningkatan kualifikasi ke S-1 dapat berjalan dengan cepat dan massal pemerintah membuat proyek peningkatan kualifikasi pendidikan ke S-1 bagi guru-guru SD. Guru-guru wajib mengikutinya dan biaya ditanggung proyek.

Jadi, mereka bias dengan cepat menyesuaikan pendidikannya dengan gratis. Kalau pemerintah tidak berusaha memikirkan dan peningkatan kualifikasi pendidikan ini maka akan berjalan dengan lambat karena yang ingin kuliah harus mengeluarkan biaya sendiri dan ini akan membebani mereka karena kesejahteraannya masih rendah ditambah denagn kewajiban kuliah dengan biaya sendiri.

4. Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Pendidikan melarang guru-guru SD yang sudah sarjana untuk pindah ke SMP.

Seandainya banyak guru yang sudah sarjana pindah ke SMP, siapa lagi yang akan melaksanakan system pengajaran guru mata pelajaran di SD. Selanjutnya pemerintah juga memotivasi mereka supaya tetap mengajar di SD dengan meningkatkan kesejahteraan mereka. Jadi, mereka tidak terpengaruh untuk pindah mengajar ke SMP, karena mengajar di SD atau di SMP sama saja sebaagi guru mata pelajaarn tertentu.

B IV

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Dari pemecahan masalah di atas dapat ditarik kesimpulan, yaitu :

1. Kualifikasi pendidikan guru-guru yang rendah harus ditingkatkan dengan cara mewajibkan mereka minimal berpendidikan sarjana.

2. Mereka harus mempunyai kualifikasi pendidikan mata pelajaarn tertentu, karena mereka mengajar mata pelajaran yang menjadi keahliannya.

3. Dalam rangka percepatan peningkaatn kualifikasi pendidikan ini pemerintah harus membuat proyek peningkatan kualifikasi pendidikan ke S-1

4. Dinas Pendidikan di daerah melarang guru-guru yang sudah sarjana untuk mutasi/ pindah dari SD ke SMP

B. Saran-Saran

1. Kepala Sekolah supaya memotivasi guru-guru untuk meningkatkan kualifikasi pendidikannya ke S-1 melalui swadanaatau ikut proyek pemerintah.

2. Dalam menentukan jurusan yang akan dipegamng/dipilih guru harus membuat berbagai pertimbangan.

3. Kalau pem,erintah membuka kesempatan untuk peningkaatn kualifikasi pendidikan melalui suatu proyek utamakan guru-giru yang masih muda jangan guru-guru yang mau pensiun.

AFTAR PUSTAKA

1. Moh.Uzer Usman , 2001, menjadi guru professional, Bandung : Remaja Rosdaakarya

2. T. Rakayoni, 1980, Pengelolaan Kelas, P3G Jakarta : Depdikbud

3. A.Suryani,1983, membuat siswa aktif belajar, Bandung : Bina Cipta

4. A. Samana,1994, profesionalisme keguruan, Yogyakarta :Kanisius.